Kedutaan Besar Jepang di Jakarta melepas keberangkatan 329 tenaga medis dan perawat lansia yang akan bekerja di beberapa wilayah di Jepang, Senin, 4 Juni 2018. Perawat yang diberangkatkan ini merupakan gelombang ke-11 dan berasal dari berbagai wilayah Indonesia.
Menurut Teguh Hendro Cahyono, Deputi Penempatan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI atau BNP2TKI, pengiriman tenaga perawat ke Jepang berada dalam koridor kerja sama kemitraan ekonomi Indonesia-Jepang yang dibuka sejak 2008. Berdasarkan perjanjian kerja sama ini, Indonesia bisa memanfaatkan lowongan pekerjaan di Jepang dengan mengirimkan tenaga perawat ke Negeri Sakura tersebut.
Jumlah perawat yang bekerja ke Jepang setiap tahun menunjukkan kenaikan. Hal ini memperlihatkan minat para perawat Indonesia yang tinggi untuk bekerja di Jepang, khususnya menyangkut penghasilan.
Rian Setiawan, 23 tahun, perawat kesehatan asal Bengkulu yang bersiap bekerja di sebuah panti jompo di kota Yokohama, Jepang. TEMPO/Insan Qurani
“Kalau gaji di tempat saya bekerja sekitar 175 ribu yen atau sekitar Rp.21 juta,” kata Rian Setiawan, 23 tahun, calon perawat panti lansia di Yokohama, Jepang, kepada Tempo 4 Juni 2018.
Rian menceritakan penghasilan yang dia peroleh selama bekerja di Jepang akan digunakan untuk melanjutkan kuliahnya. Sebelumnya, Rian telah menyelesaikan pendidikan D3 di Poltekkes, Kementerian Kesehatan Bengkulu.
Rian dan 328 perawat lainnya akan bekerja di Jepang dengan kontrak kerja selama 3 tahun sampai 4 tahun. Setelah melalui seleksi panjang hampir satu tahun lamanya, mereka akan ditempatkan di rumah sakit dan panti jompo di berbagai wilayah di Jepang.
Lamaran pekerjaan sebagai perawat ini tersedia di situs resmi BNP2TKI dan tiket keberangkatan ke Jepang pun akan dibiayai oleh pemerintah Jepang. Sebelum berangkat, para perawat ini juga harus mengikuti kursus bahasa Jepang selama 6 bulan di Jakarta.