Sehat adalah keadaan sejahtera seutuhnya baik secara fisis, jiwa maupun sosial, bukan hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Remaja merupakan kelompok masyarakat yang hampir selalu diasumsikan dalam keadaan sehat. Padahal banyak remaja yang meninggal sebelum waktunya akibat kecelakaan, percobaan bunuh diri, kekerasan, kehamilan yang mengalami komplikasi dan penyakit lainnya yang sebenarnya bisa dicegah atau diobati. Banyak juga penyakit serius akibat perilaku yang dimulai sejak masa remaja contohnya merokok, penyakit menular seksual, penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA), Human Immunodeficiency Virus – Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV-AIDS), kurang gizi, dan kurang berolahraga. Semua ini, yang akan mencetuskan penyakit atau kematian pada usia muda.
Pada masa remaja terjadi perubahan baik fisis maupun psikis yang menyebabkan remaja dalam kondisi rawan pada proses pertumbuhan dan perkembangannya. Masa ini merupakan masa terjadinya proses awal pematangan organ reproduksi dan perubahan hormonal yang nyata. Remaja menghadapi berbagai masalah yang kompleks terkait dengan perubahan fisis, kecukupan gizi, perkembangan psikososial, emosi dan kecerdasan yang akhirnya menimbulkan konflik dalam dirinya yang kemudian memengaruhi kesehatannya. Remaja yang mengalami gangguan kesehatan berupaya untuk melakukan reaksi menarik diri karena alasan-alasan tersebut. Pencegahan terhadap terjadinya gangguan kesehatan pada remaja memerlukan pengertian dan perhatian dari lingkungan baik orangtua, guru, teman sebayanya, dan juga pihak terkait agar mereka dapat melalui masa transisi dari kanak menjadi dewasa dengan baik.
Siapakah yang termasuk dalam kelompok remaja?
Remaja dimengerti sebagai individu yang berada pada masa peralihan dari masa kanak ke masa dewasa. Peralihan ini disebut sebagai fase pematangan (pubertas), yang ditandai dengan perubahan fisis, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Pada masa pubertas, hormon yang berhubungan dengan pertumbuhan aktif diproduksi, dan menjadikan remaja memiliki kemampuan reproduksi. Perkembangan psikologis ditunjukkan dengan kemampuan berpikir secara logis dan abstrak sehingga mampu berpikir secara multi-dimensi. Emosi pada masa remaja cenderung tidak stabil, sering berubah, dan tak menentu. Remaja berupaya melepaskan ketergantungan sosial-ekonomi, menjadi relatif lebih mandiri. Masa remaja merupakan periode krisis dalam upaya mencari identitas dirinya.
Ditinjau dari sisi bahwa remaja belum mampu menguasai fungsi fisis dan psikisnya secara optimal, remaja termasuk golongan anak. Untuk hal ini, remaja dikelompokkan menurut rentang usia sesuai dengan sasaran pelayanan kesehatan anak. Disesuaikan dengan konvensi tentang hak-hak anak dan UU RI no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, remaja berusia antara 10-18 tahun.
Mengapa perlu memperhatikan kesehatan remaja?
Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dari aspek fisis, emosi, intelektual, dan sosial pada masa remaja merupakan pola karakteristik yang ditunjukkan dengan rasa keingintahuan yang besar, keinginan untuk bereksperimen, berpetualang, dan mencoba bermacam tantangan, selain cenderung berani mengambil risiko tanpa pertimbangan matang terlebih dahulu. Ketersediaan akan akses terhadap informasi yang baik dan akurat, serta pengetahuan untuk memenuhi keingintahuan mempengaruhi keterampilan remaja dalam mengambil keputusan untuk berperilaku. Remaja akan menjalani perilaku berisiko, bila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat dan selanjutnya menerima akibat yang harus ditanggung seumur hidupnya dalam berbagai bentuk masalah kesehatan fisis dan psikososial.
Beberapa alasan mengapa program kesehatan remaja ini perlu diperhatikan antara lain disebabkan:
- Jumlah remaja di Indonesia lebih kurang 20% dari populasi;
- Remaja merupakan aset sekaligus investasi generasi mendatang;
- Upaya pemenuhan Hak Asasi Manusia;
- Untuk melindungi sumber daya manusia potensial.
Bagaimana keadaan kesehatan remaja di Indonesia?
Remaja menghadapi masalah kesehatan yang kompleks, walaupun selama ini diasumsikan sebagai kelompok yang sehat. Dari beberapa survei diketahui besaran masalah remaja, sebagaimana ditunjukkan oleh data berikut: survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan 17% perempuan yang saat ini berusia 45-49, menikah pada usia 15 tahun; Sementara itu, terdapat peningkatan secara substansial pada usia perempuan pertama kali menikah. Perempuan usia 30-34 tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 9%, sedangkan perempuan usia 20-24 tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 4% (BPS and Macro International, 2008).
Menurut survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, persentase perempuan dan lelaki yang tidak menikah, berusia 15-19 tahun merupakan :
- Perokok aktif hingga saat ini: Perempuan: 0,7%; sedangkan lelaki: 47,0%.
- Mantan peminum alkohol: Perempuan: 1,7%; dan lelaki: 15,6%.
- Peminum alkohol aktif: perempuan: 3,7%; lelaki: 15,5 %.
- Lelaki pengguna obat dengan cara dihisap: 2,3%; dihirup: 0,3 %; ditelan 1,3%.
- Perempuan pertama kali pacaran pada usia <12 tahun: 5,5%; pada yusia 12-14 tahun: 22,6%; usia 15-17 tahun: 39,5%; usia 18-19 tahun: 3,2%. Melakukan petting pada saat pacaran: 6,5%.
- Lelaki pertama kali pacaran pada usia <12 tahun: 5,0%; usia 12-14 ytahun: 18,6%; usia 15-17 tahun: 36,9%; usia 18-19 tahun: 3,2%. Melakukan petting saat pacaran: 19,2%.
- Pengalaman seksual pada perempuan: 1,3%; lelaki: 3,7%.y
- Lelaki yang memiliki pengalaman seks untuk pertama kali pada usia: <15 tahun: 1,0%; usia 16 tahun : 0,8%; usia 17 tahun: 1,2%; usia 18 tahun: 0,5%; usia 19 tahun: 0,1%.
- Alasan melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum menikah ypada remaja berusia 15-24 tahun ialah: Untuk perempuan alasan tertinggi adalah karena terjadi begitu saja (38,4%); dipaksa oleh pasangannya (21,2%). Sedangkan pada lelaki, alasan tertinggi ialah karena ingin tahu (51,3%); karena terjadi begitu saja (25,8%).
- Delapan puluh empat orang (1%) dari responden pernah mengalami KTD, 60% di antaranya mengalami atau melakukan aborsi.
Kasus AIDS sampai dengan 31 Maret 2009 dilaporkan melalui laporan triwulan Direktorat jendral pengendalian penyakit dan pengendalian lingkungan (Ditjen P2PL), sebagai berikut:
- Persentase kumulatif kasus AIDS berdasarkan:
- Cara penularan: pengguna jarum suntik: 42%; heteroseksual: 48,4%; yhomoseksual: 3,7%.
- Kelompok usia: 15-19 tahun: 3,08%; 20-29 tahun: 50,5%.
- Provinsi dengan jumlah pasien AIDS terbanyak pada pengguna napza ysuntik adalah Jawa Barat, sebanyak 2.366 orang.
- Persentase kasus AIDS pada pengguna napza suntik di Indonesia yberdasarkan jenis kelamin, yaitu: lelaki: 91,8%; perempuan: 7,5%; tidak diketahui: 0,7%.
- Persentase kumulatif kasus AIDS pada pengguna napza suntik di yIndonesia berdasarkan golongan usia, yaitu: 15-19 tahun: 1,7%; dan 20-29 tahun: 64,7%.
Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007:
- Secara nasional persentase kebiasaan merokok penduduk Indonesia berumur >10 tahun sebesar 23,7%, lelaki 46,8%; dan perempuan: 3 %. Jika kebiasaan merokok ini dibagi menurut karakteristik usia responden, didapatkan data bahwa pada usia 10-14 tahun: 0,7%; usia 15-24 tahun: 17,3%.
- Prevalensi penyakit asma, jantung, diabetes mellitus, dan tumor menurut karakteristik responden yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan, yaitu:
- Umur 5-14 tahun: asma: 1,2%; jantung: 0,2%; diabetes mellitus: 0%; tumor 1,0%.
- Umur 15-24 tahun: asma: 1,2%; jantung: 0,3%; diabetes mellitus: 0,1%; tumor: 2,4%.
- Prevalensi penyakit asma, jantung, diabetes mellitus, dan tumor menurut karakteristik responden yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala:
- Umur 5-14 tahun: asma: 2%, jantung: 2,2%, diabetes mellitus: 0%.
- Umur 15-24 tahun: asma 2,2%, jantung: 4,8%, diabetes mellitus: 0,4%.
- Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk berumur 15 tahun ke atas (berdasarkan self reporting questionnaire-20) menurut karakteristik responden 15-24 tahun adalah: 8,7%
- Prevalensi anemi menurut kelompok umur 5-14 tahun: 9,4%; 15-24 tahun: 6,9%.
- Prevalensi cedera dan penyebab cedera menurut karakteristik yresponden usia 5-14 tahun: cedera akibat terjatuh: 78,4%; usia 15-24 tahun: cedera akibat terjatuh 47,9%.
- Prevalensi jenis cedera menurut karakteristik responden berusia 5-14 tahun: luka lecet 62,5%; usia 15-24 tahun: luka lecet 57,8%.
- Prevalensi kurang aktivitas fisik penduduk berusia ‰¥ 10 tahun ymenurut karakteristik usia: 10-14 tahun: 66,9%; 15-24 tahun: 52%. Sedangkan jika dilihat berdasarkan jenis kelamin lelaki: 41,4%; dan perempuan: 54,5%.
Tingginya perilaku berisiko pada remaja yang ditunjukkan oleh data di atas merupakan hasil akhir dari sifat khas remaja, pengetahuan remaja tentang kesehatan, nilai moral yang dianut, serta ada tidaknya kondisi lingkungan yang turut memengaruhi. Sebagai contoh bagaimana SPN akan menyebabkan kehamilan dan persalinan dengan komplikasi, bayi yang dilahirkan dengan komplikasi, atau mengakibatkan KTD yang dapat menimbulkan kejadian aborsi yang menyebabkan kematian. Demikian halnya dengan penyalahgunaan napza yang dapat mengakibatkan terjadinya infeksi HIV yang selanjutnya menjadi AIDS dan akhirnya mengakibatkan kematian. Secara tidak langsung masalah kesehatan remaja tersebut turut menghambat laju pembangunan manusia (human development) di Indonesia, dan pencapaian pembangunan tujuan millenium (millenium development goal).