Kelas Ayah Membawa Mahasiswa DIII Kebidanan Universitas Alma Ata Raih Hibah Dikti
Program Kreativitas Mahasiswa

Kelas Ayah Membawa Mahasiswa DIII Kebidanan Universitas Alma Ata Raih Hibah Dikti Program Kreativitas Mahasiswa

Mahasiswa DIII kebidanan kembali menorehkan prestasi dibidang kreatifitas mahasiswa. Melalui program Kelas Ayah di desa Argodadi, Kec.sedayu Kab Bantul mahasiswa DIII Kebidanan berhasil memenangkan hibah Direktorat Jendral Perguruan Tinggi (Dikti) untuk kategori program kreativitas mahasiswa- pengabdian masyarakat (PKM-M).

Program kreativitas mahasiswa- pengabdian masyarakat (PKM-M) mahasiswa Prodi DIII Kebidanam ini mengangkat tema peran ayah dalam upaya optimalisasi 1000 hari pertama tumbuh kembang anak, Dengan lokasi di Desa Argodadi wilayah binaan Puskesmas Sedayu II kab Bantul. Pada pertemuan perdana sekaligus sosialisasi awal peserta hari Sabtu, 20 Mei 2017 yang hadir di Balai desa Argodadi sebanyak 20 peserta yaitu ayah yang memiliki istri sedang hamil atau anak usia maksimal 2 tahun.

Pembicara pertama pada kesempatan ini menghadirkan Pembina IBI Kab Bantul Ibu Sri Marwanti, SST yang mengulas seputar tumbuh kembang anak dan faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan anak sangatlah penting bagi setiap orang tua. Buah hati yang hadir ditengah-tengah keluarga membuat kebahagiaan yang tak ternilai. Setiap orang tua pasti akan memperhatikan kebutuhan buah hatinya, mulai dari pertumbuhan fisik, pemenuhan kebutuhan gizi dan lain-lain.Pemenuhan gizi yang optimal selama masa 1000 hari pertumbuhan memiliki peranan penting. Periode 1000 hari pertama sering disebut window of opportunities atau sering juga disebut periode emas (golden period) didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa janin sampai anak usia dua tahun terjadi proses tumbuh kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain.

Periode awal kehidupan juga sering disebut periode sensitif. Perkembangan sel-sel otak manusia pada masa tersebut sangat menentukan, sehingga bila terjadi gangguan pada periode tersebut akan berdampak permanen, tidak bisa diperbaiki. Gagal tumbuh pada periode 1000 hari pertama kehidupan, selain akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik, juga akan menyebabkan gangguan metabolik, khususnya gangguan metabolism lemak, protein dan karbohidrat yang pada akhirnya dapat memicu munculnya penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes dan penyakit jantung koroner pada usia dewasa.

Istilah 1000 hari pertama kehidupan atau the first thousand days mulai diperkenalkan pada 2010 sejak dicanangkan Gerakan Scalling-up Nutrition di tingkat global. Hal ini merupakan upaya sistematis yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan khususnya pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberikan perhatian khusus kepada ibu hamil sampai anak usia 2 tahun, terutama kebutuhan pangan, kesehatan, dan gizinya.
Pada masa ini peran ibu dan ayah sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan bahwa kelahiran anak bukan awal perhatian yang harus di berikan. Namun jauh sebelum itu, yaitu ketika sepasang suami-istri mulai menyiapkan diri untuk kehadiran buah hati dan pada awal kehamilan. Awal kehamilan merupakan titik awal dimana perhatian terhadap buah hati diberikan, terutama dalam menjaga asupan gizi yang baik secara optimal, paling tidak hingga 1000 hari berikutnya.

Peran ayah kadang dalam 1000 hari pertama kehidupan anak kadang dikesampingkan, mengingat budaya di Indonesia yang lebih menitikberatkan peran ibu dalam tumbuh kembang anak. Ayah perlu mengetahui informasi yang benar dan lengkap tentang tumbuh kembang anak di 1000 HPK-nya. Sehingga nanti diharapkan termotivasi untuk mengambil peran dalam mendukung tumbuh kembang anak di 1000 HPK-nya serta mengambil aksi nyata dalam mendukung tumbuh kembang anak di 1000 HPK-nya.

Open chat