PERAN CIVITAS AKADEMIKA SEBAGAI EDUKATOR VAKSINASI TERHADAP MASYARAKAT

PERAN CIVITAS AKADEMIKA SEBAGAI EDUKATOR VAKSINASI TERHADAP MASYARAKAT

Minggu 25 Juli 2021. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang peran sivitas akademika sebagai edukator vaksinasi bagi masyarakat, Himpunan Mahasiswa Farmasi Universitas Alma Ata Yogyakarta berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk mengadakan Webinar dengan Tema “Bagaimana Peran Sivitas Akademika Sebagai Edukator Bagi Masyarakat”. Adapun yang menjadi narasumber pada kegiatan tersebut adalah Prof.Dr. apt. Zullies ikawati (Guru besar farmakologi dan farmasi klinik fakultas farmasi UGM) dan Al Afik,S.kep,Ns,M.kep (Ketua Incident Command UMY).

Pada Kesempatan tersebut, pemateri menyampaikan tentang “Efikasi dan Keamanan Vaksin Covid 19”. Beliau memaparkan bahwa  pandemi COVID 19 belum ada tanda akan berakhir, sementara belum ada obat yang benar-benar ampuh melawan virus. Vaksin covid ini menjadi salah satu upaya untuk mencegah infeksi virus dengan meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap infeksi virus. Berbagai industri vaksin didunia berlomba-lomba mengembangkan vaksin dengan berbagai platformnya namun sebagian masyarakat masih ada yang mempertanyakan efikasi dan keamanan vaksin COVID 19. Beliau juga menjelaskan tentang data keamanan dan efikasi untuk EUA yakni terdapat data uji pra klinik dan data uji klinik. Data uji praklinik ini imonogenisitas pada model hewan dan uji toksisitas dosis tunggal maupun berulang pada minimal 2 spesies hewan. Data uji klinik ini memiliki 3 fase dimana fase pertama dan kedua keamanan nya minimal  6  dan fase ketiga keamanan dan efikasi nya 3 bulan. Beliau memaparkan  macam-macam vaksin COVID 19 yaitu:

a.Vaksin Corona Vac dari sinovac

Vaksin ini telah diuji klinik di China,brazil

vaksin ini digunakan dalam program vaksinasi pemerintah dan digunakan awalnya untuk usia 18-59 tahun dan sekarang dapat digunakan untuk usia 60 tahun keatas dan 12-17 tahun

b.Vaksin AstraZeneca

Dikembangkan oleh Oxford University, bekerja sama dengan AstraZeneca. Diuji klinik di UK (18-55 th), Brazil ( >18 th), di Afrika Selatan (18-65 th), di US (> 65 th) dan di beberapa negara lain. Di Indonesia, vaksin AstraZeneca mendapat EUA oleh BPOM pada tgl 22 Februari 2021, dengan efikasi sebesar 62,1%

c.Vaksin PfizerTgl 11 Desember 2020 mendapat EUA untuk dewasa(> 16 thn) dan pada tgl 10 Mei 2021 mendapat EUA untuk penggunaan pada anak-anak usia 12-15 tahun. Di Indonesia menjadi salah satu vaksin yang akan digunakan dalam program vaksinasi Pemerintah

d.Vaksin Moderna

Vaksin ini digunakan pada usia > 18 tahun, dua dosis 0,5 mL, yang diberikan melalui injeksi intramuskular dengan interval 28 hari. efikasi vaksin ini adalah 94,1 % jika digunakan dalam 2 dosis lengkap

Keamanan Vaksin dapat dilihat dari angka efek samping pada saat Uji klinik, dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) setelah vaksin diimplementasikan. Sejauh ini, efek samping dari Uji Klinik dan KIPI yang dilaporkan bersifat ringan sampai sedang, dan sebagian besar hilang sendiri tanpa pengobatan dalam waktu 1 – 2 hari KIPI yang dilaporkan meliputi: mual, pegal di tempat suntikan, bengkak, mengantuk, lelah, nafsu makan meningkat, dll. Ketua Komnas KIPI menyampaikan bahwa sebanyak 64% orang yang diimunisasi mengalami immunization stress-related response (ISRR )akibat kecemasan yang berdampak menimbulkan gejala pada tubuhnya, tetapi sebenarnya tidak disebabkan oleh komponen vaksin

Melalui webinar tersebut juga dipaparkan tentang Peran civitas akademika sebagai edukator  dalam penanggulangan pandemi dan vaksin. Beliau memaparkan tentang tanda dan gejala dari orang yang terpapar virus corona yaitu: Mirip dengan flu atau influenza demam batuk dan sesak nafas; Lebih parah: pneumonia  susah bernafas; Virus dapat tersebar dengan cara berhubungan dekat dengan pasien yang terpapar. Yang berpengaruh  pada  kita yaitu daya tahan tubuh jumlah paparan virus  dan lingkungan yang mendukung.

Open chat