Bencana alam apapun bentuknya memang tidak diinginkan. Sayangnya kejadian pun terus saja ada. Berbagai usaha tidak jarang dianggap maksimal tetapi kenyataan sering tidak terelakkan. Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah.
Tsunami Aceh tahun 2004 menjadi titik balik kedukaan sekaligus pembelajaran yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Kejadian air laut yang naik ke daratan menjadi fenomena langka mengerikan yang tayang tidak hanya di televisi nasional tetapi juga internasional. Akibat gempa bumi di Samudra Hindia ini, setidaknya 14 negara terkena dampak tsunami besar dan Indonesia yang terparah.
Bersamaan dengan momentum Peringatan 15 Tahun Tsunami Aceh, Pokja Bencana FK-KMK UGM bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, Universitas Syah Kuala, Universitas Tadulako, Universitas Mataram, dan Oceania Chapter World Association on Disaster and Emergency Medicine dan berbagai lapisan yang interst terkait bencana mengadakan diskusi tentang perkembangan penanggulangan dan kurikulum manajemen bencana kesehatan di Indonesia, serta launching EMT Specialized Cell Aceh. Harapannya, diskusi ini dapat menjadi wadah sharing antar universitas, publikasi, serta catatan pembelajaran kedepannya.
Pada kegiatan ini Ibu Sumarni, SKM., MARS ikut berpartisipasi sebagai salah satu peserta sekaligus sebagai anggota peduli Bencana. Pemateri dalam Seminar ini adalah Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD, Dr. Hendro Wartatmo Sp.B.KBD, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), dr. Bella Donna, M.Kes, Dr. Hendro Wartatmo Sp.B.KBD, Sutono, SKp, M.Sc, M.Kep, dr. Muh. Ardi Munir, M.Kes., Sp.OT., M.Kes., FICS., M.H dan Dr. Penny Burns. Tema seminar kali ini adalah Pasca Tsunami Aceh Dan Launching Emt Specialized Cell Aceh: Apa Dampaknya Terhadap Kebijakan Serta Kurikulum Bencana Di Indonesia.
Bapak Sutono, SKp, M.Sc, M.Kep memaparkan tentang penggunaan kasus bencana sebagai sarana pembelajaran IPE – Harapannya agar sudah mencapai profesi masing – masing mereka dapat bekerja sama. Mengenali early warning system dan peta respon adalah 2 dari banyak hal yang harus dikuasai mahasiswa. Dr. dr.Safrizal Rahman, M.Kes, Sp.OT dari FK Unsyah. FK Unsyah memulai kurikulum terkait bencana sejak 2006 pada mahasiswa program sarjana, pasca sarjana dan doktoral. Harapannya bagi mahasiswa program sarjana terdapat peningkatan pengetahuan dan kesadaran untuk pengembangan karir mereka dalam penanganan bencana. Pada mahasiswa pasca sarjana harapannya bisa memimpin tim medis atau klaster kesehatan pada saat bencana. Terdapat beberapa inovasi mahasiswa dalam pengembangan penanganan bencana ini. Mahasiswa menciptakan satu lampu sebagai early warning system, living room untuk pengungsi dan ransel penampung untuk anak – anak. Selanjutnya harapan bagi mahasiswa program doktoral, mereka sudah mulai bisa mengkritisi kebijakan pemerintah dan kebijakan dunia sehingga mereka juga harus ikut mewarnai sistem kebijakan kebencanaan.
Setelah sesi talkshow dilanjutkan dengan penyampaian materi via webinar oleh Dr. Penny Burns tentang The mission and vision of Ocaenia Chapter WADEM. Oceania Chapter bertujuan untuk advokasi dan promosi pengembangan dan peningkatan penanganan bencana dalam penelitian, pengembangan dan aplikasi. Oceania Chapter WADEM sudah membangun kolaborasi dengan para ahli bencana dari berbagai negara sehingga interpretasi dan pertukaran informasi didapatkan melalui jaringan dan publikasi. Sekarang Oceania Chapter WADEM sedang mengembangkan peningkatan penanggulangan bencana di masyarakat. Respon lokal dalam pemulihan bencana sangat penting. Misi saat ini adalah mempromosikan integrasi profesional Primary Health Care lokal ke dalam manajemen bencana untuk memastikan kebutuhan kesehatan primer masyarakat dipertimbangkan dan direncanakan dengan baik.
Oleh: Sumarni, SKM., MARS
email: arniandigali@gmail.com