Konsumsi makanan dan minuman tinggi gula semakin meningkat di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa 29,7% penduduk Indonesia mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali per hari. Kebiasaan ini dipengaruhi oleh iklan agresif dan ketersediaan produk minuman kemasan yang mudah dijumpai di pasaran.
Konsumsi minuman manis berlebihan berkaitan dengan peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan kerusakan gigi. Studi oleh Malik et al. (2019) membuktikan bahwa asupan gula berlebih dari minuman kemasan dapat meningkatkan resistensi insulin. Selain itu, Kemenkes merekomendasikan batas aman konsumsi gula harian hanya 50 gram gula atau setara dengan 4 sendok makan.
Kandungan Gula Rata-Rata pada Minuman Kemasan
Minuman kemasan seperti teh botol dan soda mengandung 20–30 gram gula per kemasan 250 ml. Bahkan, beberapa minuman kekinian seperti boba dan jus kemasan bisa mengandung hingga 50 gram gula per saji.
Selain teh botol dan soda, minuman kemasan seperti minuman berenergi (contoh: Extra Joss, M-150) sering mengandung 20–30 gram gula per kemasan kecil (250 ml). Minuman rasa buah (fruit punch) dalam kemasan kotak juga umumnya mengandung 15–25 gram gula per 200 ml, meskipun diberi label “mengandung vitamin C”.
Minuman serbuk instan (seperti Nutrisari, Segar Dingin) yang dilarutkan dalam air juga termasuk sumber gula tersembunyi, dengan kandungan 15–25 gram per saji. Jus kemasan “100% buah” sekalipun sering mengandung gula alami (fruktosa) dalam kadar tinggi, setara 20–30 gram per 200 ml.
Oleh karena itu, selalu cek label gizi dan pilih air putih atau infused water sebagai alternatif sehat.
Memahami hubungan antara asupan gizi pada mahasiswa membutuhkan pengetahuan yang mendalam di bidang gizi. Jurusan Gizi di Universitas Alma Ata merupakan salah satu program studi terbaik di Yogyakarta yang telah terakreditasi Unggul.
Mahasiswa di Jurusan Gizi di Universitas Alma Ata diajarkan mata kuliah seperti Gizi Klinik, Biokimia Gizi, dan Gizi Masyarakat, yang sangat relevan dengan isu terkini. Dengan kurikulum berbasis evidence-based, lulusan siap menjawab tantangan pada permasalahan gizi.
Referensi:
-
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI). (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018 [National Report of Basic Health Research 2018]. Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
-
Malik, V. S., Popkin, B. M., Bray, G. A., Després, J.-P., Willett, W. C., & Hu, F. B. (2019). Sugar-sweetened beverages and cardiometabolic health: An update of the evidence. Nutrients, 11(8), 1840.
-
Pangestu, S., Rimbawan, R., & Damayanthi, E. (2021). Analysis of sugar content in packaged beverages in Indonesia. Journal of Nutrition and Health, 14(2), 45–52.
-
World Health Organization (WHO). (2015). Guideline: Sugars intake for adults and children. World Health Organization.