Makanan Pedas Picu Kanker Usus? Fakta atau Mitos? Temukan Jawabannya di Sini!

Makanan Pedas Picu Kanker Usus? Fakta atau Mitos? Temukan Jawabannya di Sini!

 

Kanker usus merupakan salah satu jenis kanker yang cukup banyak ditemukan di Indonesia. Menurut data Globocan 2020, kanker usus besar (kolorektal) menempati peringkat ketiga sebagai kanker paling umum pada laki-laki dan peringkat kedua pada perempuan di Indonesia. Faktor penyebab terbesar kanker usus meliputi gaya hidup tidak sehat, pola makan yang buruk, obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan faktor genetik. Namun, belakangan ini muncul pertanyaan apakah makanan pedas, yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, juga berkontribusi terhadap risiko kanker usus.

Kanker usus besar atau kolorektal terjadi ketika sel-sel di usus besar atau rektum tumbuh secara tidak terkendali. Penyebabnya multifaktorial, termasuk faktor genetik, usia, dan lingkungan. Namun, faktor gaya hidup seperti pola makan tidak sehat, kurang serat, konsumsi daging merah dan daging olahan berlebihan, serta kurangnya aktivitas fisik turut meningkatkan risiko. Selain itu, konsumsi alkohol dan merokok juga berkontribusi terhadap perkembangan kanker usus. Pola makan yang tidak seimbang, termasuk konsumsi makanan pedas, sering kali dipertanyakan sebagai salah satu faktor risiko.

Makanan pedas sering dikaitkan dengan risiko kanker usus karena kandungan capsaicin, senyawa yang memberikan rasa pedas pada cabai. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa capsaicin dalam jumlah besar dapat merangsang iritasi pada saluran pencernaan, yang berpotensi memicu peradangan kronis. Peradangan kronis ini dapat meningkatkan risiko kerusakan sel dan perkembangan kanker. Namun, penelitian lain justru menunjukkan bahwa capsaicin memiliki sifat antioksidan dan anti-kanker, sehingga hubungannya dengan kanker usus masih kontroversial. Jenis makanan pedas yang perlu diwaspadai adalah yang mengandung bahan tambahan seperti pengawet, pewarna sintetis, atau bumbu instan yang tinggi natrium dan lemak jenuh. Bahan-bahan tersebut lebih berpotensi meningkatkan risiko kanker usus daripada rasa pedas itu sendiri.

Memahami hubungan antara makanan dan penyakit, termasuk kanker usus, merupakan langkah penting dalam pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan. Pendidikan gizi yang baik dapat membantu masyarakat membuat pilihan makanan yang lebih sehat. Program Studi S1 Gizi Alma Ata telah terakreditasi unggul serta memiliki mata kuliah yang relevan dengan isu kesehatan terkini yaitu hubungan antara pola makan dan penyakit. Dengan mempelajari gizi secara mendalam, kita dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat baik saat ini maupun di masa depan.

 

Referensi:

  1. Globocan 2020. (2020). Indonesia Cancer Statistics. Diakses dari https://gco.iarc.fr/
  2. World Cancer Research Fund/American Institute for Cancer Research. (2018). Diet, Nutrition, Physical Activity, and Colorectal Cancer. Continuous Update Project Expert Report.
  3. Bode, A. M., & Dong, Z. (2011). The Two Faces of Capsaicin. Cancer Research, 71(8), 2809-2814. doi:10.1158/0008-5472.CAN-10-3756
  4. National Cancer Institute. (2021). Colorectal Cancer Risk Factors. Diakses dari https://www.cancer.gov/
  5. Program Studi S1 Gizi Alma Ata. (2023). Kurikulum dan Akreditasi. Diakses dari https://almaata.ac.id/
Program Studi Gizi Universitas Alma Ata adalah jurusan gizi terbaik di Indonesia dengan Akreditasi Unggul sejak tahun 2019.
Open chat