Indonesia menghadapi tantangan gizi yang kompleks, yaitu double burden of malnutrition, di mana stunting (pendek) dan obesitas terjadi secara bersamaan dalam populasi yang sama. Data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada balita adalah 21,60%, sementara obesitas pada orang dewasa mencapai 3,8%. Fenomena ini mencerminkan ketimpangan gizi yang dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, dan perubahan pola makan. Seperti apa penyebab dan solusi untuk mengatasi masalah gizi ganda di Indonesia? Yuk bahas artikel ini seksama!
Penyebab Double Burden of Malnutrition
1. Transsisi gizi dan pola makan tidak seimbang
Perubahan gaya hidup modern menyebabkan peningkatan konsumsi makanan tinggi gula, lemak, dan garam (ultra-processed foods), sementara asupan protein, vitamin, dan mineral tetap rendah pada kelompok ekonomi tertentu (Popkin et al., 2020).
2. Ketidaksetaraan Sosial-Ekonomi
Masyarakat berpenghasilan rendah cenderung mengalami stunting karena kurangnya akses ke makanan bergizi, sedangkan kelompok menengah ke atas lebih rentan terhadap obesitas akibat konsumsi berlebihan makanan cepat saji (Swinburn et al., 2019).
3. Kurangnya Edukasi Gizi
Banyak keluarga tidak memahami pentingnya gizi seimbang, sehingga terjadi malnutrisi baik dalam bentuk kekurangan maupun kelebihan gizi (UNICEF, 2020).
Dampak Double Burden of Malnutrition
1. Stunting: mengganggu perkembangan kognitif dan fisik anak, mengurangi produktivitas di masa depan.
2. Obesitas: meningkatkan risiko penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.
3. Beban ekonomi akibat biaya kesehatan yang tinggi dan penurunan kualitas sumber daya manusia.
Solusi untuk Mengatasi Double Burden of Malnutrition
Double burden of malnutrition di Indonesia memerlukan pendekatan holistik yang mencakup intervensi gizi, edukasi, dan kebijakan berbasis bukti. Dengan upaya terintegrasi, Indonesia dapat mengurangi prevalensi stunting dan obesitas secara bersamaan, menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif.
Memahami hubungan antara asupan gizi pada mahasiswa membutuhkan pengetahuan yang mendalam di bidang gizi. Jurusan Gizi di Universitas Alma Ata merupakan salah satu program studi terbaik di Yogyakarta yang telah terakreditasi Unggul.
Mahasiswa di Jurusan Gizi di Universitas Alma Ata diajarkan mata kuliah seperti Gizi Klinik, Biokimia Gizi, dan Gizi untuk Kesehatan Mental, yang sangat relevan dengan isu terkini. Dengan kurikulum berbasis evidence-based, lulusan siap menjawab tantangan pada permasalahan gizi.
Referensi
-
Kemenkes RI. (2018). Laporan Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
-
Popkin, B. M., Corvalan, C., & Grummer-Strawn, L. M. (2020). Double Burden of Malnutrition. The Lancet, 395(10217), 65-74.
-
Swinburn, B. A., et al. (2019). The Global Syndemic of Obesity, Undernutrition, and Climate Change. The Lancet, 393(10173), 791-846.
-
UNICEF. (2020). Improving Child Nutrition in Indonesia.
-
WHO. (2021). Global Nutrition Targets 2025.
Author: RN