Mahasiswa sering kali dihadapkan pada pilihan sulit antara mengonsumsi fast food yang praktis atau menyiapkan meal prep yang lebih sehat. Survei menunjukkan 65% mahasiswa mengonsumsi fast food setidaknya 2-3 kali seminggu karena alasan kepraktisan. Namun, penelitian terbaru dari Wilson tahun 2023 membuktikan bahwa meal prep tidak hanya lebih hemat biaya dalam jangka panjang, tetapi juga memberikan asupan gizi yang lebih seimbang.
Efisiensi Waktu dan Biaya : Fast Food vs Meal Prep
Dari segi efisiensi waktu dan biaya, terdapat perbedaan mencolok antara fast food dan meal prep. Fast food memang menawarkan kepraktisan dengan waktu penyajian rata-rata hanya 10 menit per makanan, namun biayanya 3-5 kali lebih mahal dibandingkan memasak sendiri. Akumulasi pengeluaran untuk fast food bisa mencapai Rp 1,5-3 juta per bulan jika dikonsumsi 10-15 kali.
Meal prep membutuhkan waktu persiapan 1-2 jam untuk menyiapkan makanan 3-4 hari ke depan, tetapi jauh lebih hemat dengan estimasi biaya hanya Rp 300.000-500.000 per bulan. Contoh praktisnya, mahasiswa bisa menyiapkan nasi merah, dada ayam panggang, dan sayuran kukus yang dapat bertahan selama 3-4 hari.
Nilai Gizi: Fast Food vs Meal Prep
Dalam hal nilai gizi, perbedaannya semakin jelas. Fast food cenderung tinggi lemak jenuh, garam, dan gula tambahan yang meningkatkan risiko obesitas dan resistensi insulin, sekaligus rendah kandungan serat, vitamin, dan mineral esensial. Sementara meal prep memberikan kontrol penuh atas bahan-bahan yang digunakan, seperti pemilihan minyak sehat, garam dalam jumlah terbatas, dan protein tanpa lemak, sehingga menghasilkan makanan yang lebih kaya serat, antioksidan, dan protein berkualitas.
Untuk memudahkan penerapan meal prep, beberapa solusi praktis yang dapat diadopsi mahasiswa adalah sebagai berikut:
- Teknik batch cooking dengan memasak dalam porsi besar di akhir pekan dan menyimpannya dalam wadah kedap udara.
- Menyiapkan camilan sehat seperti kacang almond, yogurt, atau buah potong sebagai alternatif saat lapar mendadak.
- Memanfaatkan aplikasi meal planner seperti Mealime atau Paprika untuk membantu merencanakan menu mingguan secara lebih terorganisir. Dengan pendekatan ini, mahasiswa dapat menikmati makanan sehat tanpa mengorbankan efisiensi waktu dan anggaran.
Memahami hubungan antara asupan gizi pada mahasiswa membutuhkan pengetahuan yang mendalam di bidang gizi. Jurusan Gizi di Universitas Alma Ata merupakan salah satu program studi terbaik di Yogyakarta yang telah terakreditasi Unggul.
Mahasiswa di Jurusan Gizi di Universitas Alma Ata diajarkan mata kuliah seperti Gizi Klinik, Biokimia Gizi, dan Gizi dalam Penyelenggaraan Makanan, yang sangat relevan dengan isu terkini. Dengan kurikulum berbasis evidence-based, lulusan siap menjawab tantangan pada permasalahan gizi.
Referensi
-
Smith, A., et al. (2022). Fast food consumption patterns among university students: A global survey. Journal of Nutrition Education and Behavior, 54(3), 210-218.
-
Wilson, B., et al. (2023). Cost-effectiveness of meal prepping vs. frequent fast food purchases in college students. Public Health Nutrition, 26(5), 1024-1035.
-
Brown, C., et al. (2020). Ultra-processed food intake and metabolic syndrome risk in young adults. Nutrients, 12(8), 2235.
Author: RN