77,9% Anak Prasekolah di Kota Yogyakarta Kurang Mengonsumsi Sayur
Indonesia adalah negara agraris yang dianugrahi kekayaan alam berupa berbagai macam sayuran. Nenek moyang kita sejak dahulu telah mengenal dan mengonsumsi sayuran sebagai makanan yang penting. Sayuran mengandung vitamin, mineral, serat, dan antioksidan yang diperlukan bagi tubuh. Sayuran bermanfaat melindungi dari penyakit berbahaya dan meningkatkan sistem imunitas tubuh dalam melawan virus atau bakteri yang dapat menyebabkan penyakit. Dampak apabila kurang mengonsumsi sayuran, menyebabkan kenaikan berat badan, sembelit, dan berisiko mengalami penyakit tidak menular (diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke).
Namun sangat disayangkan, kekayaan alam Indonesia yang menyediakan berbagai macam sayuran dengan segala manfaat yang terkandung didalamnya, tidak diimbangi dengan mengonsumsi sayur dengan jumlah yang cukup. Berdasarkan Survey Diet Total (SDT) tahun 2014 menunjukkan bahwa konsumsi sayur penduduk Indonesia masih rendah yaitu 57,1 gram/hari, dimana konsumsi sayur pada anak balita hanya 18,2 gram/hari, kurang dari 150-200 gram/hari (1,5-2 porsi) yang dianjurkan bagi anak balita.
Sekelompok Mahasiswa Prodi Gizi Universitas Alma Ata melakukan penelitian terkait konsumsi sayur pada anak prasekolah usia 3-5 tahun di Kota Yogyakarta, melaporkan bahwa hanya 22,1% yang sesuai dengan yang dianjurkan dengan frekuensi mengonsumsi sayur tidak setiap hari. Terkait rendahnya konsumsi sayur pada anak prasekolah di Kota Yogyakarta, diketahui karena pengetahuan orangtua yang kurang dan perilaku orangtua makan yang tidak sehat dibandingkan faktor lain seperti ketersediaan sayur di rumah, waktu pengenalan sayur, dan perilaku pemberian makan (sayur). Sebagian besar orangtua masih belum mengetahui kandungan gizi dalam sayur, jumlah/porsi sayur yang diberikan kepada anak dan akibat jika anak kurang mengonsumsi sayur. Pemahaman orangtua yang kurang mengenai gizi seimbang khususnya kecukupan konsumsi sayur bagi anak, akan menghasilkan pemilihan menu yang kurang memenuhi syarat gizi seimbang. Disamping itu, perilaku orangtua makan yang tidak sehat akan mendorong anak berperilaku sebagaimana orangtuanya. Karena anak belajar social learning dari lingkungan terdekatnya yaitu orang tua dimana banyak menghabiskan waktu bersama anak, sehingga perilaku orangtua makan akan diikuti oleh perilaku anak makan. orang tua merupakan role model bagi anak, sehingga diperlukan perhatian khusus terhadap konsumsi anak salah satunya dengan memberikan contoh yang baik dalam mengonsumsi makanan terutama sayur.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, upaya peningkatan konsumsi sayur bagi anak prasekolah memerlukan dukungan dari berbagai pihak, sehingga masyarakat mendapat pengetahuan dan kesadaran pentingnya anak mengonsumsi sayur. Membiasakan makan yang sehat sejak dini akan membentuk kebiasaan makan yang sehat ketika dewasa dan bermanfaat bagi kesehatan.
FIND US
___
Alamat
Jl. Brawijaya 99, 55183
Telepon
(0274) 434 2288,(0274) 434 2270
Email
almaata.psig@gmail.com
uaa@almaata.ac.id