S1 Prodi Keperawatan Alma Ata – Anemia itu kayak sinyal tubuh yang lagi minta perhatian, lho! Bayangkan, hemoglobin (Hb) dalam darah yang tugasnya super penting buat ngangkut oksigen ke seluruh tubuh, termasuk otak sedang “kehabisan bahan bakar”. Apalagi jika anemia terkena pada anak-anak bisa mengganggu tumbuh kembang, dan kalau otak kekurangan oksigen, dampaknya bisa bikin kita lemes, nggak fokus.
Masalah ini ternyata nggak main-main di Indonesia. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat prevalensi anemia di kalangan balita (usia 0โ4 tahun) mencapai 23,8%, usia 5โ14 tahun sebesar 15,3%, dan remaja 15โ24 tahun ada di angka 15,5%.
Meskipun trennya membaik dibandingkan hasil Riskesdas 2018, prevalensi ini masih di atas batas aman versi WHO, yaitu 10โ13%. Artinya, kita masih punya PR besar buat ngatasi anemia, khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. Mau tahu lebih lanjut soal cara cegah anemia biar tubuh tetap fit? Yuk, lanjut baca tips-nya!
Mengapa Anemia Terjadi?
Penyebab anemia beragam, termasuk kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat, infeksi, faktor genetik, hingga perdarahan. WHO menyebut defisiensi zat besi sebagai penyebab utama anemia pada anak-anak di dunia, termasuk di Indonesia.
Polusi nutrisi zat besi sering kali disebabkan oleh pola makan yang kurang baik, prevalensi cacingan, dan malaria di daerah endemis. Kondisi ini semakin diperparah oleh kebiasaan konsumsi pangan nabati, yang zat besinya sulit diserap tubuh dibandingkan pangan hewani.
Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi pada Anak
Anemia, terutama yang disebabkan oleh defisiensi zat besi, bisa berdampak buruk pada perkembangan otak anak. Zat besi penting untuk pembentukan neurotransmitter, seperti dopamin dan serotonin, yang berperan dalam suasana hati, perhatian, dan pembelajaran. Kekurangan zat besi juga mengganggu proses mielinisasi (pembentukan lapisan pelindung saraf) dan penyediaan energi untuk sel otak.
Penelitian oleh Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) menunjukkan bahwa anak-anak dengan anemia memiliki risiko tiga kali lebih tinggi mengalami gangguan memori kerja dibandingkan anak dengan gizi baik. Ini bisa mengganggu konsentrasi, kemampuan memproses informasi, dan bahkan prestasi akademik mereka.
Baca Juga : Anemia Defisiensi Besi pada Anak: Kenali Gejalanya, Cegah Dampaknya!
Cara Mencegah Anemia pada Anak
Untungnya, anemia bisa dicegah dengan asupan nutrisi yang tepat. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
-
Pemberian Suplementasi Zat Besi
Bayi yang masih mengonsumsi ASI sebaiknya mendapatkan suplementasi zat besi hingga usia dua tahun.
-
Konsumsi Makanan Kaya Zat Besi
Pilih makanan kaya zat besi seperti daging merah, hati, ikan, dan unggas (besi heme), yang lebih mudah diserap tubuh. Untuk sumber nabati seperti bayam dan kacang-kacangan (besi nonheme), pastikan dikonsumsi bersama makanan kaya vitamin C agar penyerapannya lebih optimal.
-
Cegah Cacingan dan Penyakit Endemis
Jaga kebersihan lingkungan untuk mengurangi risiko infeksi cacing dan malaria yang dapat memengaruhi penyerapan nutrisi.
Anemia bukan hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga perkembangan kognitif anak. Di Indonesia, peringkat rata-rata IQ anak masih rendah dibandingkan negara tetangga, salah satunya karena masalah anemia. Oleh karena itu, pencegahan sejak dini adalah kunci.
Yuk, mulai peduli dengan asupan zat besi untuk anak-anak kita. Masa depan mereka bergantung pada langkah kita hari ini!
Penulis : Sindy
Sumber Referensi : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-7683316/jangan-sepelekan-anemia-kurang-darah-bisa-berdampak-ke-otakย
Sumber Gambar : https://www.freepik.com/free-vector/gradient-blood-infographic_10796247.htm#fromView=image_search_similar&page=1&position=1&uuid=9ae76a7a-9509-407e-9396-3c9bb14da900ย