Peran Bioavailabilitas dalam Pengobatan

Peran Bioavailabilitas dalam Pengobatan

Peran Bioavailabilitas dalam Pengobatan

Mengapa dosis obat yang sama bisa berbeda efeknya di setiap orang? Sebenarnya apa sih penyebabnya?

Bioavailabilitas adalah tingkat dan kecepatan dimana zat aktif dari suatu obat masuk ke dalam peredaran darah (sirkulasi sistemik) dan tersedia untuk memberikan efek terapeutik. Bayangkan jika Anda minum obat tablet, tidak semua kandungan obat itu bisa langsung digunakan oleh tubuh. Bioavailabilitas menunjukkan berapa banyak dari obat tersebut yang benar-benar masuk ke dalam darah dan bisa bekerja di tubuh. Bioavailabilitas sangat penting diketahui karena dengan mengetahui bioavailabilitas, kita dapat menentukan dosis yang tepat untuk mencapai efek yang diinginkan. Selain itu, kita dapat membandingkan efektivitas dua sediaan obat (misalnya generik vs paten) serta merancang obat baru dengan penyerapan yang optimal.

Namun, pernahkah Anda menemui fenomena bahwa dua orang berbeda menggunakan obat yang sama dan dosis yang sama namun efek yang muncul pada dua orang tersebut berbeda. Misalkan A dan B menggunakan natrium diklofenak sebagai anti nyeri dengan dosis 25mg. Pasien A nyerinya teratasi namun pasien B nyerinya belum berkurang dan harus menggunakan dosis 50mg untuk meredakan nyerinya.

Mengapa hal ini dapat terjadi? Berikut adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan fenomena ini dapat terjadi:

1. Perbedaan Metabolisme

Setiap orang memiliki tingkat metabolisme yang berbeda, tergantung pada genetik, usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan. Metabolisme mempengaruhi seberapa cepat obat dipecah dan dikeluarkan dari tubuh. Metabolisme yang cepat mengakibatkan obat diuraikan terlalu cepat, sehingga efeknya kurang optimal. Sedangkan metabolisme lambat menyebabkan obat bertahan lebih lama dalam tubuh dan bisa menyebabkan efek samping atau toksisitas.

2. Berat Badan dan Komposisi Tubuh

Orang dengan berat badan lebih tinggi atau lebih banyak lemak tubuh bisa memerlukan dosis lebih besar, karena distribusi obat bisa lebih luas. Sebaliknya, orang bertubuh kecil bisa mengalami efek lebih kuat dari dosis standar.

3. Fungsi Hati dan Ginjal

Obat sebagian besar dimetabolisme di hati dan dibuang lewat ginjal melalui urin. Jika salah satu organ ini tidak berfungsi optimal (misalnya pada pasien gagal ginjal atau gangguan hati), obat bisa menumpuk dalam tubuh dan meningkatkan risiko efek samping.

4. Interaksi Obat dan Makanan

Obat bisa berinteraksi dengan obat lain yang menyebabkan menghambat atau mempercepat efek obat tertentu. Obat juga dapat berinteraksi dengan makanan. Beberapa makanan bisa mempengaruhi penyerapan obat. Contohnya, jus jeruk bali (grapefruit) bisa mengganggu metabolisme banyak jenis obat.

5. Genetika

Faktor genetik mempengaruhi enzim-enzim yang memproses obat (misalnya, enzim CYP450 di hati). Variasi genetik ini memungkinkan seseorang merespon obat dengan baik, atau justru tidak merespon sama sekali, dapat juga seseorang mengalami efek samping yang lebih berat.

6. Toleransi dan Sensitivitas

Orang yang sering menggunakan obat tertentu bisa membutuhkan dosis lebih tinggi untuk mencapai efek yang sama. Hal ini menunjukkan adanya toleransi obat di tubuh pasien. Sensitivitas ditunjukkan dengan munculnya efek yang kuat meski dosisnya kecil.

7. Usia

Anak-anak dan lansia sering memerlukan penyesuaian dosis karena organ mereka belum sepenuhnya berkembang atau sudah menurun fungsinya.

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa dosis obat yang “sama” tidak selalu menghasilkan efek yang “sama” karena perbedaan biologis, lingkungan, dan kebiasaan masing-masing individu. Itulah sebabnya penting untuk menggunakan obat sesuai petunjuk dokter, dan sering kali dokter menyesuaikan dosis berdasarkan kondisi pribadi pasien.

Referensi:

Alberts B, Johnson A, Lewis J, et al. Molecular Biology of the Cell. 4th edition. New York: Garland Science; 2002. Meiosis. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK26840/

FDA. Evaluation of Sex Differences in Clinical InvestigationsGuidance for Industry. 2025. Available from: https://www.fda.gov/regulatory-information/search-fda-guidance-documents/evaluation-sex-differences-clinical-investigations#:~:text=FDA%20requires%20sponsors%20to%20include,are%20developed%20for%20later%20trials.

Guidelines Review Committee. WHO Guidelines for the pharmacological and radiotherapeutic management of cancer pain in adults and adolescents. 2019. Available from: https://www.who.int/publications/i/item/9789241550390

Open chat