Program Studi Farmasi – Penyakit TBC (Tuberculosis) sangat bisa disembuhkan, sehingga tidak perlu takut dikucilkan karena penyakit TBC. Sangatlah penting sekali kita menambah pengetahuan mengenai penyakit TBC supaya penularan penyakit ini dapat dihentikan. Mari kita bahas sebenarnya seperti apa sih penyakit TBC?
Pengertian TBC
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri/kuman Mycobacterium tuberculosis.
Penularan TBC
Bakteri penyebab TBC menyebar melalui udara dan menular melalui percikan droplet dari batuk, bersin, dan ludah penderita TBC yang tidak segera diobati, dan dapat dihirup oleh orang di sekitarnya. Bakteri TBC dalam droplet dapat bertahan selama beberapa jam dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dan lembab. TBC dapat menyerang siapa saja baik orang dewasa, lanjut usia dan anak-anak. Sebagian besar bakteri TBC menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang bagian tubuh lainnya seperti tulang, kelenjar, kulit, otak, dan lainnya. Bahaya penularan dapat dihentikan dengan menemukan pasien TBC secepatnya dan mengobati segera hingga tuntas.
Gejala TBC
- Gejala TBC pada orang Dewasa (โฅ15 tahun) yaitu batuk โฅ 2 minggu, atau batuk yang disertai gejala atau tanda tambahan nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah, letih, lesu, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang hilang timbul tanpa sebab, batuk darah, sesak nafas. kesehatan terdekat untuk pemeriksaan dahak.
- Gejala TBC pada anak (0-14 tahun) yaitu batuk โฅ 2 minggu dan seringkali bukan gejala utama TBC pada anak, demam hilang timbul, ย berat badan turun/ tidak naik dalam 2 bulan lesu/ malaise.
Epidemiologi
Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2024 yang diterbitkan oleh WHO, diperkirakan pada tahun 2023 terdapat 10,8 juta orang terinfeksi TBC di dunia. Lima negara dengan jumlah penderita TB di dunia pada tahun 2023 yaitu: India (26%), Indonesia (10%), Tiongkok (6,8%), Filipina (6,8%), Pakistan (6,3%). Secara global pada tahun 2023, TB menyebabkan kematian sekitar 1,25 juta termasuk 1,09 juta di antara orang yang HIV-negatif dan 161.000 di antara orang dengan HIV.
Penderita TBC Indonesia tahun 2023 sebesar 1.090.000 atau 387 per 100.000 penduduk; TB-HIV sebesar 25.000 kasus per tahun atau 8,8 per 100.000 penduduk. Kematian karena TBC diperkirakan sebesar 125.000 atau 44 per 100.000 penduduk dan kematian TBC-HIV sebesar 6.200 atau 2,2 per 100.000 penduduk.
Faktor resiko
Siapa saja yang berisiko sakit TBC?
- Orang yang kontak serumah dan kontak erat dengan pasien TBC
- Orang dengan HIV (ODHIV)
- Perokok
- Orang dengan diabetes melitus (DM)
- Bayi, anak-anak dan lansia kontak erat dengan pasien TBC
- Warga Binaan Pemasyarakatan/Tunawisma/Pengungsi
- Tinggal di pemukiman kumuh dan padat penduduk
Pemeriksaan TBC
- TBC dapat diketahui melalui pemeriksaan dahak.
- Pemeriksaan TBC diutamakan menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM) atau pemeriksaan mikroskopis apabila terdapat kesulitan mengakses fasyankes TCM.
- Dibutuhkan 2 kali pengambilan dahak per pasien yaitu saat datang ke layanan (sewaktu) dan dahak pagi sesaat setelah bangun tidur (pagi) atau sebaliknya pagi dan sewaktu (saat pasien mengantar dahak pagi ke layanan) atau dapat juga sewaktu-waktu dengan jeda 1 jam.
- Petugas kesehatan dibantu oleh kader, mengedukasi dan mengumpulkan dahak bagi masyarakat yang bergejala TBC untuk dikirim ke fasyankes.
Pengobatan TBC
Pengobatan TBC merupakan fase terpenting dalam penanganan tuberculosis dan merupakan cara yang paling efisien dalam mencegah penularan TBC. Pengobatan utama TBC adalah dengan menggunakan kombinasi beberapa jenis antibiotik yang dikenal sebagai Obat Anti Tuberkulosis (OAT). OAT biasanya terdiri dari empat jenis obat utama: Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, dan Etambutol. Prinsip pengobatan TBC meliputi:
- Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan obat yang meliputi minimal empat macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi terhadap OAT.
- OAT diberikan dalam dosis yang tepat
- OAT harus diminum secara teratur dan diawasi oleh pengawas menelan obat (PMO) hingga masa pengobatan selesai.
- OAT harus diberikan dalam jangka waktu yang cukup, meliputi tahap awal/ fase intensif dan tahap lanjutan. Pada umumnya lama pengobatan TBC paru tanpa komplikasi dan komorbid adalah 6 bulan. Pada TBC ekstra paru dan TBC dengan komorbid, pengobatan dapat membutuhkan waktu lebih dari 6 bulan.
Pemberian OAT pada tahap awal/fase intensif, diberikan setiap hari dan bertujuan untuk menurunkan secara cepat jumlah kuman TBC dalam tubuh pasien serta meminimalisasi risiko penularan jika diminum secara teratur dengan dosis yang tepat, Risiko penularan umumnya sudah berkurang setelah dua minggu pertama tahap awal pengobatan. Tahap awal juga bertujuan untuk memperkecil pengaruh sebagian kecil kuman TBC yang mungkin sudah resisten terhadap OAT sejak sebelum dimulai pengobatan. Durasi pengobatan tahap awal pada pasien TBC sensitif obat (TBC-SO) adalah dua bulan.
Pengobatan dilanjutkan dengan tahap lanjutan. Pengobatan tahap lanjutan bertujuan untuk membunuh sisa kuman TBC yang tidak mati pada tahap awal sehingga dapat mencegah kekambuhan. Durasi tahap lanjutan berkisar antara 4 โ 6 bulan.
Pengobatan TBC yang tidak sesuai standar berisiko tidak efektif dan dapat menyebabkan kegagalan pengobatan, yang pada akhirnya berpotensi menyebabkan TBC resisten obat (TBC RO). Pengobatan yang tepat dan teratur akan membantu mempercepat proses penyembuhan dan mencegah penularan lebih lanjut kepada orang lain.
Pencegahan Penularan TBC
Cara-cara untuk mencegah dan memutus penularan TBC, melalui beberapa hal:
- Penggunaan masker.
- Menutup mulut saat batuk atau bersin.
- Mengatur ventilasi udara yang baik di rumah.
- Istirahat yang cukup dan rutin berolahraga.
- Makan makanan dengan gizi seimbang, tinggi kalori dan tinggi protein.
- Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
- Pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) untuk mengurangi kemungkinan berkembangnya penyakit TBC menjadi aktif, terutama pada kelompok yang rentan, seperti kontak serumah pasien TBC, orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, atau orang yang intens berinteraksi dengan pasien TBC.
- Vaksinasi TBC. Vaksin BCG pada bayi untuk mengurangi risiko TBC paru yang berat pada anak-anak. Saat ini, telah dikembangkan vaksin TBC untuk dewasa.
Penulis: Dosen Program Studi Farmasi
Referensi
- Kemenkes RI. 2024. “Laporan Program Penanggulangan Tuberculosis Tahun 2023”.
- Middleton, et al. 2019. “Management Of Tuberculosis A Guide to Essential Practice“.
- Persatuan Dokter Paru Indonesia PDPI. 2021. “Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia”.
- Tim kerja TBC dan USAID Prevent TB, 2025, “Buku Panduan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Tuberkulosis”.
- World Health Organization (WHO).2024. “Global Tuberculosis Report 2024“.