Program Studi S1 Kebidanan Alma Ata – Di usia 1000 hari pertama kehidupan anak merupakan periode kritis untuk perkembangan otak, bahasa, sensorik, dan perkembangan fungsi kognitif yang lebih tinggi. Konsekuensi gangguan gizi di rentang masa kehamilan hingga 24 bulan menentukan angka kesakitan dan kematian, gangguan tumbuh kembang, lambatnya perkembangan motorik, kecerdasan, dan perkembangan sosial-emosional. Dalam jangka panjang, kurang gizi di usia dini berakibat menurunnya kapasitas kerja dan reproduksi.
Usia 6-24 bulan merupakan periode kritis saat anak belajar menerima makanan dan minuman SEHAT dan menentukan pola makan berkelanjutan. Di usia 6 bulan bayi harus diperkenalkan MPASI dan ASI tetap diteruskan. Zat besi dalam ASI sangat mudah diserap, namun beberapa bayi berisiko anemia defisiensi besi terutama jika lahir premature atau dengan berat badan lahir rendah.
Berikut merupakan panduan terbaru dari World Health Organization (WHO) 2023 mengenai Pedoman pemberian MPASI.
- Bayi usia 6-11 bulan yang tidak mendapatkan ASI (Bayi non ASI), dapat diberikan susu formula atau susu hewan, full fat. Sedangkan pada bayi usia 12-23 bulan dapat diberikan susu hewan, namun susu formula lanjutan tidak diperbolehkan.
- Produk susu adalah bagian dari keragaman asupan terutama bagi anak non ASI saat protein hewan lain tidak tersedia. Susu berperasa atau diberi imbuhan pemanis tidak boleh digunakan. Serta penyimpanan dan penanganan susu hewan secara aman harus diikuti.
- Bayi usia 6-23 bulan memerlukan keragaman pangan. Sumber protein hewani, buah, dan sayur harus dikonsumsi setiap hari. Kacang-kacangan perlu dikonsumsi sering terutama jika protein hewan dan sayur terbatas.
- MPASI dini walaupun difortifikasi dengan zat besi, TIDAK cukup mampu mencegah anemia pada populasi berisiko tinggi (contoh: ibu hamil menderita anemia berat, kebiasaan makan tanpa protein hewani, wilayah endemic malaria, dsb).
- Makanan pokok berpati PERLU DIBATASI (karena tidak memenuhi kualitas protein seperti pada protein hewani dan bukan sumber mineral penting dan vitamin B12. Beberapa termasuk antinutrien yang menurunkan penyerapan nutrisi). Jika makan pokok sudah karbohidrat, maka snack kudapan perlu yang berprotein, misalnya telur puyuh.
- Sebaiknya pilih bahan pangan utuh/alami, dan meminimalisir rafinasi (misalnya gunakan beras bukan tepung beras. Pilih atau olah jagung daripada tepung maizena).
- Makanan dan minuman tinggi gula, garam dan trans fat tidak boleh dikonsumsi (ada di produk kemasan, termasuk aneka biscuit dan keripik).
- Minuman berpemanis gula tidak boleh dikonsumsi (ada di susu kotak, aneka jus kemasan, teh manis, sirup, dll).
- Pemanis bukan gula tidak boleh dikonsumsi (termasuk malitol, xylitol, sorbitol, maltodekstrin, aspartam dll).
- Selain itu, konsumsi 100% jus buah harus dibatasi (anak wajib belajar makan buah, bukan minum jus, risiko diare tinggi karena masalah kebersihan).
- Tidak diperbolehkan mengkonsumsi produk ULTRAPROSES (dikemas pabrikan, atau industri rumahan dengan bahan-bahan pabrikan/ bahan kimia).
- Dalam konteks tertentu, saat kebutuhan gizi tidak tercukupi, anak 6-23 bulan mendapat manfaat dari suplemen atau produk pangan terfortifikasi. Seperti suplemen yang bisa menambah vitamin dan mineral tertentu, namun tetap TANPA MENGGESER makanan pokok sehari-hari.
- Bagi yang telah mengkonsumsi pangan kemasan terfortifikasi dapat meningkatkan asupan mikronutrien, walaupun demikian konsumsi makanan fortifikasi TIDAK BOLEH didukung penggunaannya.
- TIDAK ADA satu pun produk sebagai pengganti pola makan beragam yang terdiri dari pangan sehat yang diolah secara minimal (rumahan).
- Responsive feeding/ pemberian makan sesuai sinyal lapar dan kenyang anak. Prinsipnya mendorong anak untuk makan sesuai dorongan fisiologis dan kebutuhan perkembangannya.
Sumber :
- WHO Guideline for complementary feeding of infants and young children 6โ23 months of age https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/373358/9789240081864-eng.pdf?sequence=1
- Tan shot yen. 2023. Pedoman dan rekomendasi WHO tentang pemberian MPASI pada anak. 5-12.