DIII Kebidanan Alma Ata – Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak sampai dewasa dan cenderung belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka lebih sering akan menerima tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali life events yang akan dihadapi dimana tidak hanya akan menentukan kehidupan pada masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis. Djama, N. T. (2017)
Kebutuhan dan jenis risiko kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja mempunyai ciri yang berbeda dari anak-anak ataupun orang dewasa. Risiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi remaja antara lain kehamilan, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), kekerasan seksual, perilaku higienis serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Berbagai faktor yang saling berkaitan yang dapat mempengaruhi resiko dari kesehatan reproduksi yaitu tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup. Djama, N. T. (2017)
Pemahaman remaja putri terhadap sistem maupun fungsi reproduksinya sangatlah penting. Remaja yang tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang cukup, akan cenderung mengabaikan kesehatan reproduksinya dan pada akhirnya dia akan melakukan tindakan yang membahayakan bagi dirinya sendiri. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi merupakan faktor penting juga dalam menentukan perilaku higienis perempuan pada saat menstruasi. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduki akan memungkinkan perempuan tidak berperilaku higienis pada saat menstruasi(BKKBN, 2017). Apabila remaja putri melakukan perilaku higienis pada saat menstruasi pastinya akan dapat terhindar dari kanker rahim, merasakan nyaman saat beraktivitas, percaya diri , bersemangat dan tidak malas – malasan lagi, tidak dijauhi teman-teman karena memiliki bau badan dan tidak mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat karena sudah memahami kebenarannya. Sedangkan jika remaja putri tidak melaksanakan perilaku higienis dengan baik maka dapat disimpulkan bahwa ย remaja putri kurang peduli akan kebersihan alat reproduksinya , tidak menjaga penampilan dan kesehatan sewaktu menstruasi, memungkinkan untuk terkena kanker rahim, keputihan, mengurangi aktivitas saat menstruasi dikarenakan malas, kurang percaya diri, percaya akan mitos-mitos seputar menstruasi yang beredar di masyarakat, dijauhi teman-teman karena memiliki bau badan (Mairo, 2015)
Sebagian besar remaja berada di sekolah sehingga sekolah menjadi salah satu tempat memperoleh pendidikan, termasuk pendidikan kesehatan reproduksi, seksualitas, dan perilaku kesehatan. Salah satu model pendidikan yang ada di Indonesia adalah pondok pesantren, suatu tempat pendidikan dan juga pengajaran yang menekankan pada pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri. Pondok pesantren memiliki tiga kategori, yaitu tradisional, modern, dan perpaduan. Sebagian besar warga pondok pesantren adalah santri, yaitu remaja yang berusia 13โ19 tahun dengan kategori santri mukim, yaitu santri yang menetap di pondok.
Kegiatan ini merupakan sarana untuk belajar dan berdiskusi tentang kesahatan reproduksi remaja yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku remaja putri agar memahami pentingnya menjaga kesahatan reproduksi.