Kuliah Pakar Kearifan Lokal sebagai Entry Point Upaya Rasionalisasi Penggunaan Obat”
Yogyakarta, 3 Juli 2025 – Program Studi S1 Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata sukses menyelenggarakan Kuliah Pakar bertema “Kearifan Lokal sebagai Entry Point Upaya Rasionalisasi Penggunaan Obat” pada Kamis, 3 Juli 2025, di Gedung MAM Lantai 9, Universitas Alma Ata, Yogyakarta. Acara yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB ini dihadiri oleh mahasiswa farmasi semester 2 dan 4 serta dosen Prodi S1 Farmasi FIKES UAA dengan narasumber Prof. Dr. apt. Sri Suryawati, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada.
Kuliah pakar ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan mahasiswa farmasi tentang pendekatan rasional dalam penggunaan obat melalui integrasi kearifan lokal dan ilmu modern. Dalam pemaparannya, Prof. Dr. apt. Sri Suryawati menyoroti kearifan lokal merujuk pada pengetahuan, nilai-nilai, dan praktik-praktik yang berkembang dan diwariskan dalam suatu komunitas atau masyarakat tertentu yang mencakup tradisi, adat istiadat, dan cara-cara hidup yang unik dan relevan dengan konteks lokal. Kearifan lokal dapat berupa: Pengetahuan tradisional, nilai-nilai budaya, praktik-praktik adat, kepercayaan dan keyakinan yang diperoleh dari interaksi dengan alam sekitar (nyata maupun ghaib).
Acara dibuka oleh MC, Mahmudahus Safitri Salsabilah, diikuti sambutan dari Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Dr. Yhona Paratmanitya, S.Gz., Dietisien., MPH. Sesi utama dipandu oleh moderator Dr (Cand). apt. Ifa Aris Suminingtyas, M.Farm., yang memperkenalkan profil narasumber sebelum presentasi selama 90 menit, termasuk sesi tanya jawab. Mahasiswa tampak antusias menggali lebih dalam tentang bagaimana mengintegrasikan pengobatan tradisional dengan prinsip farmakologi modern.
Melalui kuliah pakar ini, Universitas Alma Ata berharap mahasiswa farmasi dapat mengembangkan pemahaman kritis dan konstruktif tentang pentingnya pendekatan ilmiah dalam penggunaan obat, melakukan edukasi kesehatan yang efektif dengan memahami apa yang sudah dan belum diketahui masyarakat, serta mengoreksi informasi yang keliru dengan pendekatan yang menghargai nilai lokal. Kearifan lokal bukan hambatan, melainkan aset penting dalam membangun pemahaman dan kepatuhan terhadap pengobatan.
Penulis : Dosen Prodi Farmasi