BANTUL – Jumlah anak stunting (pendek) di Indonesia masih relatif tinggi, data terakhir oleh SSGI menyebutkan bahwa pada tahun 2021 prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4% dan DIY sebesar 17,3%. Usaha promotif dan preventif oleh pemerintah sudah banyak dilakukan, akan tetapi diperlukan adanya dukungan dari berbagai sektor dalam proses percepatan upaya penurunan stunting. Universitas Alma Ata yang bekerjasama dengan Kapanewon Pajangan berupaya dalam menurunkan prevalensi stunting yang merupakan kecamatan dengan stunting tertinggi di Kabupaten Bantul, DIY.
Multilevel Exclusive Breastfeeding Promotion: Bergerak Bersama Meningkatkan ASI Eksklusif merupakan penelitian berbasis pengabdian masyarakat yang dilakukan di Kapanewon Pajangan oleh dosen peneliti dari Universitas Alma Ata (UAA) yaitu Prof. Hamam Hadi MS., Sc.D., Sp.GK, Hastrin Hoshitanisita, M.Sc, Pramitha Sari, RD., MH.Kes, Dr. Yhona Paratmanitya, RD., MPH dan mahasiswa S2 Kesehatan Masyarakat Universitas Alma Ata atau lebih dikenal dengan Alma Ata Graduate School of Public Health yaitu Nur Mukhlishoh, S.Gz dan Siska Ariftiyana, S.Gz. Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan prevalensi ASI Eksklusif di Kapanewon Pajangan. Prof. Hamam menyebutkan dalam penelitianya yang pernah dilakukan NTT bahwa ASI Eksklusif dapat dapat melindungi anak dari kejadian stunting.
Penelitian Multilevel Exclusive Breastfeeding Promotion menggunakan pendekatan multilevel, artinya pendekatan yang dilakukan untuk mengintervensi di lingkungan masyarakat secara komprehensif dan terpadu sesuai dengan struktur administrasi yang dilakukan di wilayah Kapanewon Pajangan. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan komitmen dan dukungan seluruh jajaran pemerintahan bagi semua pejabat level kecamatan, desa, pedukuhan dan serta tokoh masyarakat dalam mensukseskan ASI Eksklusif untuk ibu menyusui.
“Saya ingin Kapanewon Pajangan ini menjadi contoh dalam percepatan perbaikan stunting,” ujar Prof. Hamam Hadi dalam keterangannya, Selasa (18/12/2021).
Prof. Hamam bersama peneliti lain mensosialisasikan kegiatan penelitian yang akan dilakukan dan disambut baik oleh Panewu Pajangan, Lurah Guwosari, Sendangsari dan Triwidadi. Prof. Hamam yang juga merupakan koordinator dari Forum Rektor Indonesia dalam pencegahan stunting di DIY dan Jawa Tengah yang bekerjasama dengan BKKBN menyampaikan keinginannya untuk menjadikan Kapanewon Pajangan sebagai Kapanewon percontohan dalam perbaikan stunting.
“Saya senang sekali, karena tujuan dari program ini juga merupakan tujuan dari Kapanewon Pajangan dalam upaya menurunkan stunting,” jelas Panewu Pajangan dalam sambutannya.
Penelitian ini akan mengintervensi kepada kader dengan memberikan pengetahuan tentang ASI Ekskluif, dan melatih kader untuk menjadi konselor ASI. Diharapkan, kader dapat memahami dan mempunyai kompetensi dalam memberikan konseling kepada ibu menyusui.
“Kami sudah melakukan berbagai upaya dalam menurunkan permasalahan gizi yang ada di desa kami, kami berharap program ini dapat membantu desa dalam upaya menurunkan stunting,” terang Lurah Triwidadi.
Selanjutnya kader akan memberikan konseling pada ibu hamil tentang pentingnya ASI Eksklusif dan ibu hamil akan mendapatkan konseling dari kader dari sebelum kelahiran agar setelah melahirkan ibu dapat termotivasi dan menyusui eksklusif selama 6 bulan. Diharapkan dari kegiatan tersebut terdapat perubahan prevalensi ASI Eksklusif dan prevalensi stunting yang akan diukur pada bulan ke 6 dan ke 12 setelah pelatihan. Dalam mensukseskan kegiatan penelitian ini, dibutuhkan dukungan dari berbagai sektor sehingga tujuan menjadikan Kapanewon Pajangan sebagai wilayah perbaikan stunting dapat terwujud.