(Penulis: Dyah Pradnya Paramita, SST., M.Kes DIII Kebidanan)
Prodi DIII Kebidanan Alma Ata – Japanese Encephalitis (JE) adalah salah satu penyebab utama radang otak akibat infeksi virus (ensefalitis virus) di seluruh dunia dan merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Asia termasuk di Indonesia. Manusia dapat terinfeksi virus JE melalui vektor penyebar virus JE yaitu nyamuk Culex yang terinfeksi virus JE. Jenis nyamuk ini biasa ditemukan di sekitar rumah antara lain area persawahan, kolam atau selokan (daerah yang selalu digenangi air).
Tanda dan gejala Ensefalitis biasanya muncul antara 4-14 hari setelah gigitan nyamuk (masa inkubasi) dengan gejala utama berupa demam tinggi yang mendadak, perubahan status mental, gejala gastrointestinal, sakit kepala, disertai perubahan gradual gangguan bicara, berjalan, adanya gerakan involuntir ekstremitas ataupun disfungsi motorik lainnya. Pada anak, gejala awal biasanya berupa demam, iritabilitas, muntah, diare, dan kejang. Kejadian kejang terjadi pada 75% kasus anak. Sedangkan pada penderita dewasa, keluhan yang paling sering muncul adalah sakit kepala dan gejala peningkatan tekanan intrakranial.
Berdasarkan data publikasi Badan Kesehatan Dunia atau WHO, diperkirakan terdapat sejumlah 67.900 kasus baru per tahun di 24 negara di kawasan Asia dan Oceania. Penyakit JE mengakibatkan 20-30% penderitanya meninggal dunia dan 30-50% dari penderita yang mampu bertahan hidup akan mengalami lumpuh atau kejang, perubahan perilaku hingga kecacatan berat.
Peningkatan penularan penyakit JE disebabkan beberapa faktor risiko, antara lain: 1) Peningkatan populasi nyamuk pada musim hujan; 2) Tidak adanya antibodi spesifik JE baik yang didapat secara alamiah maupun melalui imunisasi; 3) Tinggal di daerah endemik JE; serta 4) Perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan digigit oleh nyamuk misalnya tidur tanpa menggunakan kelambu.
Meskipun mengakibatkan masalah kesehatan yang serius, namun penyakit JE dapat dicegah, salah satunya dengan pemberian imunisasi. Oleh karenanya di daerah endemis, seperti Bali dan Kalimantan, imunisasi JE telah ditambahkan ke dalam program imunisasi rutin pada anak usia 10 bulan.
Mari kita lindungi anak – anak Indonesia dari bahaya penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) salah satunya adalah JE sehingga Indonesia dapat memiliki generasi emas yang sehat, tangguh, cerdas dan kuat.
Referensi:
- Kemenkes RI, 2023. Kemenkes Kenalkan Imunisasi Japanese Encephalitis (JE) Untuk Cegah Radang Otak. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20230926/0343980/kemenkes-kenalkan-imunisasi-japanese-encephalitis-je-untuk-cegah-radang-otak/.
- Kemenkes RI, 2018. Mengenal Penyakit Radang Otak Japanese Enchepalitis. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180301/2225086/mengenal-penyakit-radang-otak-japanese-enchepalitis/.
- Dinkes DIY, 2019. Mengenal Penyakit Japanese Encephalitis. https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/surveilans-je-japanese-encephalitis-nyamuk-vektor-arbovirosis-pencegahan-pengendalian-penyakit-diy-virus-je-culex-mengenal-penyakit-japanese-encephalitis